Indonesiaone.org – Ruang Publik Terpadu Ramah Anak yang juga dikenal dengan singkatan RPTRA, merupakan ruang publik yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas bagi masyarakat khususnya anak-anak di lingkungan padat penduduk di kota Jakarta. RPTRA diinisiasi oleh Pemprov DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Ahok selaku gubernur kota Jakarta periode 2012-2017.
Anak-anak menjadi konsentrasi utama di RPTRA. Pemprov DKI Jakarta selaku perpanjangan tangan pemerintah pusat menyadari bahwa masa depan kota dan bangsa ini terletak di tangan anak-anak sebagai generasi penerus yang akan menentukan maju mundurnya suatu bangsa. Maka dari itu Negara hadir untuk menciptakan suatu lingkungan yang ramah anak sehingga setiap anak akan bertumbuh sebagaimana seharusnya.
Sukar sekali bagi anak-anak yang tinggal di lingkungan padat penduduk untuk memperoleh tempat belajar, bermain, atau berkumpul. Petak-petak rumah yang saling berhimpitan di gang-gang sempit menyulitkan ruang gerak mereka. Jangankan tempat bermain, sekedar meluruskan kaki saja mereka harus saling bergantian hingga dengan terpaksa mereka harus berlarian, bersepeda, bermain layang-layang, atau bermain bola di tengah arus lalu lintas yang kapan saja dapat merenggut nyawa mereka.
Hadirnya RPTRA bagai oase di gurun pasir. Sebuah oase yang memberikan kelegaan kepada mereka yang penat dan menyegarkan mereka yang dahaga. Hadirnya RPTRA merupakan wujud konkrit kepedulian pemerintah khususnya DKI Jakarta terhadap pembangunan manusia itu sendiri.
Di tempat ini, anak-anak dapat melihat dunia yang luas dengan nyaman melalui buku-buku yang terjajar rapi di perpustakaan yang dilengkapi dengan pendingin ruangan. Ada banyak pengetahuan yang dapat diperoleh oleh anak melalui buku.
Selain itu anak dapat menyalurkan energi besar yang mereka miliki dengan bermain atau berolahraga dengan setiap anak yang hadir di RPTRA di lapangan olahraga dan tempat bermain yang tersedia tanpa harus diliputi perasaan was-was bahaya kecelakaan.
Anak juga dapat belajar bercocok tanam dan beternak ikan, seperti misalnya di RPTRA Pulo Gundul yang terletak di Kelurahan Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat. Pihak pengelola memastikan setiap jengkal lahan yang ada dipergunakan dengan maksimal demi terciptanya lingkungan ramah bagi anak. Di lahan yang tidak terlalu luas, pengelola menanam sayur mayur yaitu bayam dan kangkung, juga menanam tanaman-tanaman herbal. Sekali waktu penulis berkesempatan menyaksikan anak-anak dengan gembira dan semangat memanen kangkung yang sudah siap untuk dipanen. Tidak jauh dari lahan sayur mayur juga dapat ditemui bak kecil yang berisikan ikan nila yang ukurannya belum terlalu besar.
Selain itu anak juga dapat belajar bersama-sama. Ada tenaga-tenaga sukarelawan yang tergerak hatinya memberikan tenaga, waktu, pikiran, dan biaya untuk menjadi bagian dalam pembangunan generasi milenial ini. Mereka memberikan ilmu dan prinsip-prinsip kebenaran yang berguna bagi kehidupan anak ke depannya. Mereka berharap kelak setiap anak yang diajar dapat membawa perubahan bagi dirinya, bagi keluarganya, bagi lingkungannya, bagi kota dan juga bagi negerinya, Indonesia.
Pemerintah DKI Jakarta menargetkan tahun 2017 300 RPTRA selesai di bangun. Bisa kita bayangkan ketika 300 RPTRA tersebut benar-benar berfungsi dengan maksimal, bukan hanya sekedar bangunan saja, tapi diisi dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi anak, maka RPTRA dapat menjadi mitra sekolah dan orang tua dalam hal tumbuh kembang anak, khususnya mereka yang selama ini terpinggirkan. Kelak kita akan melihat generasi baru lahir. Generasi yang berbakti pada nusa dan bangsa karena lewat RPTRA ini mereka melihat pemerintah yang peduli.
Dari ruang-ruang terpadu mengalir asa bagi negeri, asa bagi mereka yang merindukan perubahan atas negeri. Tapi pemerintah tak dapat bekerja sendiri. Keterlibatan langsung masyarakat memiliki peranan yang sangat besar bagi kemaksimalan fungsi RPTRA ini. Diperlukan banyak tenaga sukarelawan, banyak orang tua yang mendorong anak-anak untuk datang ke RPTRA, juga orang-orang dewasa yang mau merubah kehidupannya dengan mengikuti penyuluhan atau kegiatan PKK yang diselenggarakan di RPTRA. Tanpa itu semua, RPTRA hanyalah bangunan kosong tanpa nyawa. Perubahan tak hanya butuh kata, tapi juga butuh tindakan nyata. Ini saatnya kita tak lagi diam.