Korps Barisan Madura

Bagikan Artikel ini :

Ave Neohistorian!

Sejak dahulu, suku Madura terkenal akan keberanian dan kekuatan militernya. Tak heran jika beraliansi dengan mereka dapat meningkatkan peluang kemenangan. Debut militer suku Madura yang paling terkenal adalah Perlawanan Trunojoyo yang didukung oleh Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten untuk meruntuhkan kekuasaan Amangkurat I yang memihak VOC. Berkaca dari kasus Trunojoyo, Gubernur VOC keturunan Jerman, Gustaf Wilhelm von Imhoff pun ingin agar orang Madura membantu melawan orang-orang Tionghoa dari Lasem. Untuk itu, von Imhoff membohongi Cakraningrat IV bahwa ia akan diberi hadiah berupa otoritas atas seluruh wilayah Jawa Timur.

Baca juga : Tanam paksa di era Belanda

Setelah kekuasaan Belanda makin menjadi, mereka memaksa penguasa Madura agar mengirim prajurit, seperti Pangeran Natakusuma II dari Sumenep yang dipaksa mengirimkan prajurit ke Bone pada 1824 dan Pangeran Diponegoro pada tahun 1825. Setelah Perang Diponegoro usai dan kas Belanda kosong, Raja Belanda keturunan Jerman, Wilhelm Friedrich von Oranien-Nassau alias Wilhelm I, memerintahkan Gubernur Jenderal J.G. van den Bosch mencari cara untuk menguras kekayaan alam koloni Hindia Belanda. J.G. van den Bosch pun mengusulkan sistem tanam paksa. Ketika Panembahan Pamekasan dan Sultan Sumenep mendesak Belanda agar tak menindas Madura, van den Bosch memanfaatkannya dengan meminta dibentuknya pasukan Hulptroopen yang terdiri dari orang-orang Madura.

Korps Barisan Madura

Pada 17 Agustus 1831, Korps Barisan Madura resmi dibentuk dan diberi panji-panji bertuliskan huruf W oranye yang merupakan simbol Raja Wilhelm. Sebenernya jumlah mereka tak banyak, hanya 151 prajurit dari total 30.000 personel KNIL. Mereka dikirim ke berbagai medan tempur seperti Perang Paderi (1835), Perang Bali (1846—1848), dan Perang Aceh (1873).

Salah satu anggota Korps Barisan Madura yang terpopuler adalah Kolonel R. Ario Majang Koro dari Bangkalan.

Baca juga : KRIS – Pelawanan para pemuda Sulawesi

-陳 進 翰
Editor: Fidel Christo Emanuel

Sumber:
Kuntowijoyo. Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agraris: Madura 1850-1940.
Petrik Matanasi. Pribumi Jadi Letnan KNIL.
RP. Suryono. Peperangan Kerajaan di Nusantara

Bagikan Artikel ini :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *