Seringkali kita memiliki segudang kesulitan untuk menemukan kelemahan ataupun kekurangan dalam diri kita. Tetapi jika kita mau mengakui bahwa sebagian besar hambatan tersebut terjadi dikarenakan oleh diri kita sendiri yang menutup diri untuk adanya perubahan terjadi.
Itulah sebabnya seringkali mengapa kita seperti selalu dipertemukan dengan orang-orang tertentu yang menegur, mengkritik atau menunjukkan kelemahan dan kekurangan kita. Hal tersebut terjadi sesungguhnya agar kita bisa menyadari dan mengubah setiap kesalahan yang masih ada dalam diri kita.
Kira-kira seperti apa ya orang yang ternyata sulit merubah sifatnya atau lebih spesifik orang yang belum bisa menerima kritikan atau masukan dari orang lain ?? Ini dia 4 ciri nya:
1. Menganggap diri adalah pribadi yang sempurna.
Seringkali tanpa disadari kita sudah menganggap diri sebagai insan yang ‘paling’ sempurna, atau minimal jauh lebih baik dari yang lainnya. Sehingga kita beranggapan bahwa kita sudah tidak terlalu perlu untuk alami perubahan lagi.
Apalagi jika yang menegur adalah orang yang kita nilai memiliki kemampuan yang jauh dibawah kita. Seperti contoh mungkin yang menegur itu adalah istri, adik, anak, bawahan atau orang lain yang kita anggap tidak memiliki kapasitas untuk menegur kita. Maka dengan mudah kita akan mengacuhkan nasehat atau teguran itu.
Mulailah membuka hati untuk dapat menerima koreksian entah itu mungkin berasal dari anak kecil sekalipun. Karena kita tidak akan pernah tahu saat seseorang sedang menegur kita, sesungguhnya itu adalah jalan keluar yang Tuhan berikan untuk kita bisa keluar dari setiap kesalahan, kekurangan ataupun kekeliruan yang tidak kita sadari.
2. Memiliki pemahaman bahwa hanya Tuhan yang bisa menegurnya
Orang yang tidak bisa menerima teguran atau biasa yang kita sebut dengan ‘keras kepala’, akan memiliki anggapan bahwa hanya Sang Penciptalah yang boleh dan bisa menegurnya. Karena ia beranggapan bahwa setiap manusia memiliki kelemahan yang jauh lebih parah darinya sehingga tidak satupun orang yang layak untuk memberi masukan padanya.
Sebenarnya pemahaman akan Tuhan yang menegur ciptaan-Nya tidak ada yang salah, namun terkadang manusialah yang mengartikannya dengan keliru. Kita harus menyadari bahwa Tuhan tidak akan selalu berbicara secara audible atau terdengar secara jelas kepada kita. Sang Pencipta juga selalu menggunakan berbagai cara untuk bisa mengoreksi kesalahan kita seperti teguran dari orang terdekat, saudara, keluarga, teman dan lain sebagainya.
Teguran juga tidak hanya datang dari orang saja tetapi mungkin saat kita sedang membaca buku dimana didalamnya terdapat kata-kata yang mengingatkan kita akan kesalahan kita. Atau mungkin saat kita sedang menonton televisi ataupun film, dan masih banyak lagi cara yang dilakukan oleh Yang Maha Kuasa.
Tetapi yang harus kita sadari adalah bahwa Sang Pencipta pasti menggunakan orang-orang terdekat untuk mengingatkan ataupun menegur kita. Mulailah membuka diri untuk dapat menerima masukan ataupun teguran dari orang lain. Karena bisa jadi orang-orang tersebut merupakan cara yang dilakukan Sang Pencipta untuk mengubah kesalahan kita.
3. Kita terjebak untuk lebih memperhatikan cara orang itu menegur Kita.
Saat kita sedang ditegur atau dinasehati oleh seseorang, terkadang kita hanya fokus kepada cara orang itu menegur kita bukan. Dan biasanya secara spontan, kita langsung merasa tidak senang kemudian mulai menutup diri atau membentengi diri dari orang tersebut.
Padahal yang seharusnya menjadi fokus kita adalah esensi atau maksud dari teguran itu sendiri bukan kepada cara orang tersebut menegur kita. Apabila kita dengan ‘kepala dingin’ menerima setiap teguran yang ada dan mulai mengambil hikmah atau sisi positif yang terkadung dari esensi teguran tersebut.
Maka sesungguhnya kita sedang mendapat keuntungan untuk bisa merubah kekurangan yang ada dalam diri yang tidak terlihat oleh kita. Dan biasanya hal seperti itu bisa terlihat oleh orang yang ada di sekitar kita.
Maka dari itu, marilah kita belajar untuk menerima setiap teguran atau kritikan dengan emosi yang tenang dan selalu ambil hikmah atau sisi positif didalamnya. Karena bahkan setiap kejadian buruk sekalipun selalu ada hikmah didalamnya.
4. Tidak mau merubah kesalahannya.
‘Masuk kuping kanan, keluar kuping kiri’ itulah istilah yang sering kita dengar saat ada seseorang yang sedang ditegur tetapi ia mengacuhkannya dan sama sekali tidak melakukan perubahan pada kesalahannya. Bahkan mungkin orang lain sudah memperingatkannya dengan berulang-ulang kali namun tidak ada perubahan yang terjadi didalam orang tersebut.
Biasanya orang seperti ini memiliki sikap cuek dan sudah merasa nyaman dengan sesuatu yang ia anggap sudah baik serta benar baginya. Tetapi jika ia mau menyadari, sesungguhnya hal tersebut mungkin bukanlah sebuah hal yang baik dan bisa jadi merugikan orang-orang yang ada disekitarnya.
Sebenarnya orang seperti ini cenderung terus mematikan suara hati nurani didalam dirinya. Yang awalnya hati nurani terus berbicara kepadanya untuk mengingatkan, namun karena ia selalu mengeraskan diri dan terus mengacuhkan suara nurani itu maka lambat laun nurani tersebut pun mulai berhenti berbicara.
Solusinya adalah mulai belajar mendengarkan hati nurani yang selama ini sudah lama sekali kita hiraukan atau tinggalkan. Mintalah kepada Sang Pencipta untuk memulihkan hati nurani kita yang sudah lama mati karena kita terus mengeraskan hati.