Hati Nurani Manusia

Mengapa Penting Mendengar suara hati nurani

Bagikan Artikel ini :

Suara hati nurani adalah suara “Sang Pencipta” yang menuntun, memberikan arahan, memperingati, menegur manusia agar sesuai dengan nilai – nilai mulia dan luhur yang pernah dipelajari dan didengar.

Kenapa kita perlu mendengarkan suara hati nurani :

  1. Karena hidup kita selalu terkondisikan untuk mengambil sebuah keputusan.

Dalam 1×24 jam saja manusia sudah mengambil ribuan keputusan semenjak dirinya membuka mata di pagi hari. Oleh karena itu suara hati nurani akan sangat berguna untuk kehidupan dapat tetap mengambil keputusan yang benar.

Akibatnya :

  • Kehidupan sehari – hari kita menjadi efektif dan efisien
  • Menjadi lebih produktif
  • Mengalami peningkatan dalam berbagai kemampuan
  1. Di dunia ini masih ada pencobaan dan godaan yang pasti akan dihadapi.

Godaan dan cobaan seringkali membuat kita dikondisikan untuk memilih. Memilih untuk menuruti godaan juga pencobaan tersebut atau menolak pencobaan tersebut lalu memilih jalan hidup yang hidup yang benar. Suara hati nurani akan sangat berperan untuk kita dapat memilih segala hal yang berakhlak, mulia, adil, suci, benar dan tulus. Tujuan dari godaan dan cobaan adalah membuat hidup kita lebih hancur. Dengan kita terus mendengarkan suara hati nurani sehingga tidak tergoda, maka diri kita akan menjadi pribadi yang semakin kuat dan berkarakter.

Ciri – ciri suara hati nurani :

  • Terdengar jelas dalam situasi dan keadaan apapun yang berada disekitar kita.

Walaupun di tengah keramaian kita dapat mendengar dengan jelas ketika suara hati nurani menegur diri kita. Sebagai contoh, mungkin saja sewaktu di jalan raya yang sedang ramai kita melihat seorang pria atau wanita “sexy”. Hati nurani pasti bersuara, menyampaikan teguran untuk kita tidak melihat lebih lama lagi wanita atau pria sexy tersebut. Padahal lingkungan sekitar cukup ramai dipenuhi dengan bunyi kendaraan yang berlalu lalang serta klakson mobil yang berbunyi.

Atau sebaliknya, suasana sangat sepi di tengah ruangan ujian. Kita berpikir tidak ada yang melihat pada waktu ingin mencontek. Namun suara hati nurani tidak terpengaruh suasana sepi atau ramai. Suara tersebut akan terdengar sangat jelas di tengah situasi apapun.

  • Seringkali berupa arahan atau perintah

Contoh yang paling sederhana untuk memahami hal tersebut adalah ketika tiba – tiba ada suara dalam hati kita yang terdengar untuk melakukan sesuatu tanpa disertai alasan yang jelas. Mungkin saja suatu saat kita sedang berkendara pulang dan melewati jalan yang sudah biasa kita lewati. Tetapi tiba – tiba dari dalam hati ada arahan atau dorongan untuk mengambil jalan lainnya yang tidak biasa kita lewati. Mungkin kita belum bisa mengetahui alasan akan ketaatan kita dalam mendengar suara hati nurani. Tetapi akhirnya terdengar kabar bahwa jalan yang biasa kita lewati ternyata ada kecelakaan beruntun.

Ada juga contoh lainnya, ketika kita bertemu dengan orang tertentu, tiba – tiba saja kita tergerak untuk memberikan sesuatu kepada orang tersebut. Dan benar saja, ternyata ketika kita mengikuti tuntunan hati nurani tersebut, kita sedang menjawab sebuah kebutuhan dalam hidupnya.

  • Terdengar lebih keras dari pikiran ( ada otoritas dan ketegasan )

Biasanya ketika suara ini muncul untuk menuntun kita hidup sesuai dengan standard nilai – nilai yang sudah diajarkan, pikiran kita biasanya akan mencoba “melawan”. Jika kita tidak mendengarkan suara tersebut dan mengikuti pikiran  kita yang menentang, maka akan mengakibatkan berbagai hal :

  • Suara hati nurani mulai “membisu”
  • Kalah dari pencobaan
  • Membangun kebenaran diri sendiri
  • Menjalankan gaya hidup yang merusak diri sendiri

Prinsip yang harus kita pahami, bahwa suara hati nurani yang murni seperti halnya “suara Tuhan” dalam kehidupan kita. Inilah yang akan menuntun kita menapaki tangga kesukesan tanpa harus menimbulkan efek negatif.

Bagaimana memulihkan kembali hati nurani yang mulai “mati” :

  • Mengakui perbuatan tersebut kepada seseorang yang kita percayai.
  • Mengakui perbuatan tersebut secara “ekstrem” ( pengakuan terbuka )
  • Meninggalkan seluruh “pergaulan” dan segala sesuatu yang membuat kita terjatuh ke dalam pencobaan.
  • Membereskan dengan benar kepada orang – orang yang pernah kita rugikan.

 

Bagikan Artikel ini :

One comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *