Sebagai orangtua, kamu pasti mencintai anakmu, itu tidak perlu diragukan lagi. Tapi pertanyaan selanjutnya adalah, apakah anakmu bisa merasakan cintamu ?
Naluri orangtua adalah mencintai dan menyayangi anaknya, berkorban untuk anak tanpa mengharapkan balasan apapun. Permasalahannya, ada sebagian besar orangtua yang kurang paham atau sama sekali tidak tahu cara menunjukkan cinta itu kepada anak-anak mereka. Mereka berpikir bahwa dengan mencukupi kebutuhan anak, mengucapkan I love you, ataupun membelikan mereka mainan dan hadiah sudah cukup menunjukkan ekspresi cinta dan sayang mereka kepada anak.
Baca juga : 4 ragam pola asuh pada anak dan efeknya pada anak
Sesungguhnya anak merasakan kasih sayang orangtua melalui tindakan dan sikap orangtuanya kepada mereka. Anak merasakan kasih orangtua melalui kehadiran, keterlibatan, dan koneksi antara orangtua dan dirinya. Seseorang yang telah beranjak dewasa dan merasakan kurangnya kasih sayang dari orangtua pernah memberikan testimoni seperti ini :
Hargaku hanya sebatas mainan itu. Mereka pikir, mainan mahal adalah bentuk cinta kita. Padahal setiap kali mendapat mainan baru, aku merasa bahwa nilaiku lebih murah dibandingkan teman-temanku yang mendapatkan waktu orangtuanya.
Sebagian orang lagi berkata seperti ini :
Aku tidak pernah cukup bagi orangtuaku. Setiap kali aku ke kamar orangtua, mereka selalu bertanya sudah mengerjakan PR belum? Orangtuaku mencintaiku sebatas prestasiku saja.
Cinta tidak dapat dirasakan oleh anak hanya melalui sebuah kata-kata, tapi melalui kehadiran orangtua dalam fase-fase kehidupan si anak. Berikut ini adalah beberapa tips sederhana tentang menjadi “hadir” dalam kehidupan anak :
1. Terima perasaan mereka
Seorang anak memiliki perasaan dan emosi yang kadangkala tidak mereka kenali dan mereka mengalami kesulitan untuk meresponinya. Jangan anggap enteng setiap perasaan itu dengan berkata : “Jangan cengeng, gitu aja masa nangis.” Bagi kita sebagai orang dewasa dimarahi oleh guru mungkin masalah yang sepele, tapi bagi anak kelas 1 SD, masalah itu merupakan salah satu masalah terberat di fase hidupnya saat itu.
Ucapkan kata-kata yang positif dan menginspirasi mereka. “Ya ayah/ibu ngerti perasaan kamu, semua ini pasti bisa kita atasi, kamu harus semakin semangat ya.”
2. Dengarkan pikiran anak
Sebagai orangtua, kita tidak perlu harus selalu bersepakat dengan ide-ide mereka. Tapi, respon kita yang menyimak saja sudah membuat anak-anak merasa dihargai. Buatlah obrolan yang ada menjadi diskusi yang positif dan mengkondisikan anak mengekspresikan isi pikiran, gagasan, dan pemahaman yang mereka miliki. Terkadang, seorang anak juga bisa memberikan solusi brilian yang tidak terpikirkan oleh kita sebagai orang dewasa.
Dalam diskusi seperti inilah seringkali orangtua memiliki kesempatan terbuka untuk mengajarkan hal-hal nilai kehidupan kepada anak, yang tidak dapat ia terima di lingkungan sekolah atau lingkungan permainannya.
Baca juga : 6 cara mudah mendidik sopan santun kepada anak
3. Membuat jadwal waktu berkualitas bersama anak
Waktu berlalu begitu cepat, tau-tau anak udah beranjak dewasa, dan kita melewatkan berbagai momen berharga dalam kehidupannya. Waktu yang berkualitas bersama keluarga adalah sesuatu yang penting, dan banyak orangtua sudah mengetahui hal itu. Tapi seringkali karena tidak dijadwalkan, semua menjadi terlewat begitu saja karena begitu banyaknya kesibukan dan rutinitas sehari-hari.
Mulailah membuat jadwal khusus untuk meluangkan waktu bersama secara berkualitas dengan pasangan suami/istri dan juga anak-anak. Ketika hal itu dilakukan secara konsisten, maka itu akan menjadi sebuah kultur/budaya dalam keluarga yang akan terus tertanam bahkan sampai anak-anak sudah dewasa. Bermain kartu bersama, membahas sebuah film atau menonton bersama, bersepeda bareng, makan malam bersama di meja makan, dan banyak hal-hal sederhana lainnya yang dapat dilakukan untuk mempererat keterhubungan dengan anak.
Baca juga : Bermain bersama anak di rumah di kala pandemi
Bagi seorang anak, ditinggalkan sendirian oleh orangtua saat menghadapi masalah terkadang terasa lebih berat daripada masalah itu sendiri. Namun kehadiran, keterlibatan dan koneksi orangtua dengan anak adalah bukti nyata cinta orangtua kepada anak.