Menerima fakta adanya suatu peristiwa yang membuat kita kehilangan orang – orang yang kita kasihi sesungguhnya tidaklah mudah. Bagaimana tidak, ketika hati sudah melekat dan menjalani kehidupan bersama dengan orang – orang tersebut, otomatis dengan kehilangannya mereka turut menyebabkan hati kita pun jadi terkoyak. Apalagi jika ditinggal pergi untuk selamanya. Bukan perkara mudah untuk kembali hidup seperti sedia kalanya. Bayang – bayang kesedihan akan selalu mengikuti ke manapun kita berada.
Tentunya kita tidak menghendaki kesedihan berlama – lama menguasai diri kita. Sebab hal itu justru akan membuat kita semakin terpuruk dan juga tidak akan bisa menghidupkan kembali orang yang kita kasihi. Jadi mau tidak mau kita harus terus melangkah meninggalkan “rasa pedih” yang ada.
Ingatlah selalu, bahwa kesedihan diri kita tidak akan pernah mengembalikan nyawa orang yang telah dipanggil pulang oleh Tuhan. Segeralah untuk memotivasi diri kita agar melangkah maju tanpa harus melihat ke belakang. Ingatlah segala hal yang baik dari orang – orang yang kita kasihi untuk menginspirasi diri kita menjadi pribadi yang lebih baik di kemudian hari. Ketika kita terus mengingat hal-hal baik, indah, mulia dan kenangan manis dengan orang yang kita kasihi, sesungguhnya ia terus “hidup abadi” dalam memori dan ingatan kita.
Percayalah bahwa segala hal yang kita “anggap buruk” dapat diubahkan oleh Tuhan untuk mendatangkan kebaikan jika kita mau rela dan berserah. Energi positif sangat dibutuhkan untuk terus melanjutkan kehidupan di bumi ini. Dan hal itu hanya bisa didapatkan dari hati yang mau bersyukur.
Memang, tidak mudah bersyukur dalam kondisi buruk. Tapi itulah cara satu – satunya untuk membuat kita bangkit dari keterpurukan. Percayalah, masih ada hari esok yang jauh lebih baik dari hari ini.
Jika kesedihan kembali mencoba menguasai kita, ingatlah selalu hal ini : “Habis gelap selalu terbit terang!“