Jangan deket-deket sama dia, orangnya sensi-an…
Pernahkah kita menjumpai orang yang seperti ini ? Sensitif dan mudah sekali tersinggung, padahal hanya karena perkara kecil saja.
Atau justru,kitalah orang tersebut. Emosi kita seakan sangatlah rapuh, sangat mudah untuk terganggu ataupun menjadi tertekan. Batin kita dipenuhi oleh gemuruh konflik dan emosi yang negatif.
Kita pun tidak dapat menemukan alasan, mengapa kita menjadi pribadi yang begitu sensitif..
Semuanya itu mungkin terjadi karena batin kita sedang terluka, namun kita tidak menyadarinya.
Lalu, bagaimana cara kita tahu apakah hati kita sedang terluka ataukah tidak ? Berikut ini adalah beberapa ciri seseorang mengalami luka di hatinya :
1. Sering mengalami munculnya gangguan pemikiran negatif.
Setiap kali kita berhadapan dengan masalah, kita lebih mudah bereaksi negatif dan merasakan gejolak emosi negatif yang mempengaruhi pikiran dan perasaan kita.
Hal ini membuat kita seringkali kehilangan ketentraman dan damai sejahtera di hidup kita. Ketenangan seakan-akan tidak memiliki tempat di dalam diri kita.
Dalam menilai segala sesuatu, kita akan cenderung mengukurnya dari sisi negatif, sehingga kita juga cenderung memilih jalan alternatif yang instan dan kotor , jika kita merasa bahwa itulah jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah.
2. Sering merasakan rasa lelah yang tidak pada tempatnya.
Tidur dan istirahat sudah cukup, tapi kita sering mengalami kelelahan secara fisik. Energi kita seakan “bocor” dan vitalitas kehidupan yang kita miliki terbuang begitu saja.
Hal itu terjadi karena energi kita terbuang sia-sia oleh emosi negatif yang keluar dari diri kita.
Beberapa penelitian mengatakan bahwa saat seseorang sedang marah, sesungguhnya ia sedang membuang vitamin C hingga mencapai 2500 mg atau setara dengan 5 kg jeruk.
Maka dari itu, tidak heran ketika kita memendam ataupun meluapkan emosi negatif, energi kita akan terkuras habis dan kita pun akan merasakan rasa lelah yang tidak pada tempatnya.
3. Sering dibayangi oleh ketawaran hati dan trauma.
Saat menghadapi sesuatu yang baru atau menghadapi sebuah tantangan, kita cenderung menjadi pesimis dan mudah putus asa. Khawatir akan kalah, takut rugi, takut celaka, dan lain sebagainya.
Kita menjadi seseorang yang menyimpan trauma akibat konflik batin yang melukai hati kita di masa lalu. Hal itu membuat kita lebih memilih untuk pasrah dan tawar hati daripada sudah berharap banyak namun akhirnya kecewa.
4. Kesulitan bergaul dan mempercayai orang lain
Ketika kita memiliki luka di dalam hati, kita akan kesulitan untuk bergaul dan percaya kepada orang lain khususnya kepada para pemimpin atau orang lain yang memiliki otoritas atas hidup kita.
Tidak ada orang yang tulus dan baik di mata kita, bahkan kita bisa beranggapan bahwa setiap kebaikan yang diberikan orang kepada kita akan selalu ada maksud buruk didalamnya.
Kita pun tidak suka akan keramaian dan lebih cenderung mengisolasi diri dari orang lain. Secara perlahan sikap ini membuat kita menjadi pribadi yang individual tanpa perduli dengan keberadaan orang lain.
5. Mengalami kesulitan untuk menetapkan dan merancang masa depan.
Kita sering mengalami kesulitan untuk melihat dan merancangkan masa depan. Hidup mengalir begitu saja dan kehilangan tujuan hidup. Tidak ada lagi semangat dan harapan akan masa depan yang tersimpan di dalam hidup kita.
Penyesalan akibat kesalahan di masa lalu, ataupun trauma karena kejadian buruk di masa lalu, menjadi tembok penghalang yang kokoh yang selalu menahan kita untuk menatap masa depan, apalagi untuk melangkah maju dengan penuh harapan.
6. Menjadi pribadi yang sensitif atau pasif
Kita menjadi pribadi yang tempramental dimana emosi kita meledak-ledak tidak terkontrol. Apabila ada sebuah peristiwa yang tidak sesuai dengan pola pikir kita, maka dengan mudah kita menjadi marah dan tersinggung.
Kita menjadi pribadi yang suka menyalahkan orang lain dan situasi serta kondisi.
Namun kita juga bisa menjadi pribadi yang sangat pasif. Kita menjadi pribadi yang sangat datar, tanpa ekspresi, dan cuek acuh tak acuh.
Bagaikan kutub ekstrim yang sangat berlawanan, luka dalam hati kita membuat kita menjadi pribadi yang pasrah terhadap keadaan dan acuh tak acuh terhadap semua hal.
Hal itu kita lakukan sebagai bentuk perlindungan diri kita agar tidak lagi merasakan kekecewaan atau luka yang pernah kita alami.
7. Memunculkan kecenderungan untuk menjadi egois.
Kita memiliki kecenderungan untuk diutamakan dibandingkan yang lain. Hal itu disebabkan oleh rasa kosong di dalam hati kita, sehingga kita berusaha mengisi kehampaan tersebut dengan perhatian dari orang-orang di sekeliling kita.
Sesungguhnya kekosongan yang ada di hati kita diakibatkan karena adanya luka atau konflik batin yang tidak kita sadari. Sehingga usaha apapun yang kita lakukan untuk menutupi kekosongan itu tidak akan pernah bisa mencukupi rasa “PUAS” didalam diri kita.
“Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu.”
Kepuasan batiniah manusia tidaklah bisa di isi dengan sesuatu yang sifatnya ke-egoan pribadi, namun hanya bisa dipuaskan oleh Tuhan dan kehidupan yang berdampak positif bagi kepentingan orang banyak.
8. Mulai mengucapkan kata-kata sinis dan meremehkan.
Kita akan selalu mencibir dan merendahkan keyakinan maupun harapan positif dari orang lain. Kita beranggapan bahwa hal itu adalah sesuatu yang bodoh dan sia-sia. Kita pun dengan mudah menyampaikan kata-kata yang pesimis, yang menjatuhkan harapan dan keyakinan orang lain.
“Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati…”
9. Kita cenderung melanggar hati nurani dan menabrak prinsip kebenaran hidup
Ketakutan akan kekecewaan membuat kita cenderung mengikuti ego kita sendiri dan menyingkirkan suara hati nurani yang murni dari dalam diri kita. Kita tidak akan segan menerobos nilai-nilai kebenaran hidup yang kita anggap dapat menghalangi kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan.
Hal itu mengantarkan kita untuk mengorbankan integritas yang kita miliki, hanya untuk mendapatkan keinginan hati kita.
10. Menghindari komunitas yang positif
Kita akan selalu menghindari komunitas yang memiliki atmosfir yang positif.
Kita akan “gerah” jika teman di komunitas kita mendorong dan menyemangati kita untuk melakukan sesuatu yang positif. Kita akan menganggap perkumpulan orang dengan kebiasaan positif hanyalah orang naif dan bahkan munafik.
Kita akan lebih nyaman berkumpul dengan komunitas yang cuek dan tidak peduli akan hidup kita, asal bisa ngumpul, have fun, tanpa peduli apakah hal itu berdampak positif atau tidak bagi hidup satu sama lainnya.
Keputusan Berubah
Luka dalam batin hanya akan merusak hidup kita, dan kita harus segera ambil tindakan !
Dengan kita mengakui bahwa kita sedang terluka, itu adalah awal dari pemulihan. Mulailah mendisiplin pikiran kita untuk selalu memikirkan hal yang positif, dan mulai memperkatakan dengan lantang apa yang menjadi harapan-harapan kita. Mulailah mencari komunitas orang benar yang dapat mendukung kita melakukan hal-hal yang benar dan positif.
Terlebih dari semuanya itu, berdoalah kepada yang Maha Kuasa, karena Dialah yang paling sanggup memulihkan hati seorang manusia. Dialah pencipta hidup kita, yang juga dapat mengisi kekosongan hati yang tidak dapat diisi oleh hal apapun selain Dia.