Absennya Orangtua

Absennya Orangtua Dalam Hidup Anak

Bagikan Artikel ini :

Kehidupan sebagai seorang single dan seseorang yang sudah berkeluarga, jelas memiliki dinamika kehidupan yang jauh berbeda.

Saat seseorang single, dia bisa saja memiliki jenis kehidupan yang penuh petualangan, namun setelah ia menikah, gaya hidupnya harus berubah.

Ia harus menghabiskan waktu lebih banyak dengan pasangan hidupnya dibandingkan dengan teman-temannya. Apalagi dengan hadirnya sosok seorang anak di tengah mereka, otomatis gaya hidup mereka berdua juga haus mengalami penyesuaian

Tuntutan akan kehadiran seorang anak seringkali gagal diantisispasi oleh orangtua sehingga seringkali anak bertumbuh tanpa “kehadiran orangtua”.

Jangan salah tangkap, kehadiran yang dimaksud bukan hanya secara fisik dan lahiriah ada di sekeliling anak, tapi lebih kepada waktu, perhatian, kasih sayang, atau pendidikan yang sangat dibutuhkan oleh si anak, tapi justru gagal diberikan oleh orangtua.

Berikut ini adalah beberapa prinsip yakni kewajiban seorang orangtua bagi anaknya, yaitu :

1. Membangun komunikasi yang sehat dengan anak-anaknya.

Membangun komunikasi yang sehat adalah kewajiban orangtua bagi anak-anaknya. Seorang anak membutuhkan komunikasi yang penuh cinta kasih di dalam perkembangan pertumbuhannya.

Buatlah komitmen antara suami dan istri untuk selalu menyediakan kualitas waktu terbaik untuk dapat berkomunikasi dengan anak. Sebuah penelitian meneliti kehidupan dari ratusan keluarga yang memiliki kebiasaan makan malam bersama di meja makan setiap harinya dan mendapati bahwa anak-anaknya bertumbuh dengan perkembangan psikologi yang jauh lebih positif. (percaya diri, merasa aman, dll)

2. Mendidik anak dalam nilai kebenaran.

Tugas mendidik anak bukanlah semata-mata tugas guru di sekolah, tetapi sebetulnya adalah kewajiban utama dari orangtua. Seorang anak yang dididik di dalam nilai-nilai kebenaran sejak ia kecil, akan mendapati bahwa nilai-nilai tersebut akan menuntun perjalanan hidupnya di dalam jalan-jalan kebenaran.

Nilai kebenaran yang tertanam kuat sejak kecil itu juga yang akan menjadi “pagar” yang membentengi si anak dari pergaulan atau lingkungan salah yang dapat menjerumuskan hidupnya.

3. Mengajari anak kemandirian dan ketekunan.

Seringkali karena begitu sayangnya kepada anak, orangtua cenderung mengambil alih semuanya demi si anak. Namun tanpa mereka sadari, hal itu justru membuat si anak ketergantungan kepada orangtuanya dan tidak memiliki kemandirian dalam hidupnya.

Orangtua sesungguhnya memiliki kewajiban untuk menanamkan kemandirian dan ketekunan kepada anak sejak dini, agar mereka dapat menjalani hidupnya dengan mandiri saat dewasa nanti.

4. Membantu anak menggali dan menumbuhkan skill dan potensinya.

Setiap anak memiliki potensi yang terpendam di dalam dirinya. Tidak semua anak harus jago matematika, atau jago Fisika, atau jago olahraga.

Semua memiliki bakat dan kemampuannya masing-masing, dan orangtua bertugas untuk membantu anak menemukan potensinya dan mendorong sang anak hingga puncak potensinya.

5. Menudungi anak dengan doa.

Doa orangtua bagi anak-anaknya adalah warisan paling berharga bagi si anak. Doa tersebut bagaikan tudung yang menjagai si anak dari pilihan dan keputusan yang salah, maupun peristiwa buruk yang hendak menimpanya.

Tampak “too good too be true” ? Tapi memang itulah sejatinya kekuatan doa orangtua.

Semoga bermanfaat.

Bagikan Artikel ini :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *