Kenapa Sulit Memaafkan Orang Lain? Ini Jawabannya!

Bagikan Artikel ini :

Maafin doang sih gampang, tapi dia bakal berubah ga ? Keenakan dong dia, segampang itu dimaafin, nanti berulah lagi!

Mungkin kata-kata barusan adalah salah satu alasan kita sulit memberikan maafn kepada orang lain. Padahal, permintaan maaf dan pengampunan yang tulus adalah jalan yang membawa damai bagi pemberi maaf maupun bagi yang menerima. Pengampunan dapat sangat menyembuhkan jiwa seseorang.

Namun seringkali ada saja penghalang dan alasan bagi seseorang untuk memaafkan, seperti beberapa alasan ini :

1. Orang yang bersalah itu tidak pantas menerima maaf.

Orang itu ga layak terima maaf, dianya aja ga kapok ! Ga merasa bersalah.., Minta maaf pun tidak!

Ini juga menjadi salah satu alasan yang seringkali membuat seseorang tidak mau melepaskan maafnya. Ia merasa bahwa orang yang menyakitinya tersebut tidak layak menerima maaf, karena bahkan orang tersebut masih terus mengulangi kesalahannya dan bahkan tidak merasa salah.

Sesungguhnya prinsip kebenaran tentang memaafkan dan mengampuni, sebetulnya tidak membutuhkan orang yg bersalah terlebih dahulu minta maaf kepada kita. Mungkin saja orang itu tidak minta maaf karena gengsi, tidak mau terlihat lemah, atau justru ia sendiri tidak sadar akan kesalahannya.

Apa yang dimaksud dengan pengampunan atau memaafkan adalah ketika seseorang mengambil keputusan secara sadar dan sengaja untuk melepaskan perasaan dendam atau kebencian terhadap seseorang atau kelompok yang menyakitinya, terlepas dari apakah mereka benar-benar pantas mendapatkan pengampunan atau tidak.

Lalu jika mereka tidak layak menerima maaf dan pengampunan, untuk apa kita memberikannya ?

Karena kita layak untuk menerima kedamaian dalam jiwa kita, dan dengan memberikan maaf kita akan memulihkan dan menyembuhkan diri kita sendiri. Ketika kita mengampuni, justru diri kita sendiri yang menerima manfaat yang paling besar.

Perlu dimengerti, bahwa memaafkan bukan berarti kita memaklumi, menyangkal (denial) atau, mengabaikan kesalahan dan perlakuan buruk orang lain kepada diri kita. Bukan juga berarti kita harus menghapus dan menarik semua konsekuensi atau pertanggungjawaban hukum jika orang tersebut menerimanya.

Dengan kita mengambil keputusan untuk melepaskan segala amarah dan dendam dari dalam batin kita, dan memberikan maaf kepada orang tersebut, di saat itulah kita sedang menyembuhkan batin kita sendiri.

2. Rasa sakit dan luka masih terasa.

Inilah juga alasan paling umum yang membuat seseorang enggan untuk melepaskan maaf dan pengampunan pada orang lain.

Batinnya masih terluka. Rasa sakit itu masih ada..

Padahal, memaafkan adalah satu-satunya jalan untuk orang tersebut “menyembuhkan” batinnya yang terluka. Tanpa ia melepaskan pengampunan, justru batinnya akan semakin terluka oleh energi negatif yang merantai dan mengekang hidupnya.

Inilah yang harus kita lakukan : Memaafkan dan melupakan

Memaafkan adalah jalan bagi kita untuk menyembuhkan jiwa kita. Tidak hanya perlu memaafkan, namun kita juga perlu melupakan.

Melupakan disini bukan berarti kita tidak ingat lagi kesalahan orang tersebut seakan-akan kita hilang ingatan, tetapi yang dimaksud melupakan adalah ketika kita mengingat kembali peristiwa tersebut, tidak lagi terasa menyakitkan bagi kita.

Memaafkan bukanlah menghapus masa lalu yang pahit, tapi melihat peristiwa tersebut dengan bingkai yang berbeda, dari sudut pandang yang positif. Mintalah Tuhan untuk membuka pikiran kita agar dapat melihat dari sudut pandang Tuhan melihat, yaitu dari bingkai kasih yang Ilahi.

Perubahan sudut pandang kita melihat dari bingkai kasih yang Ilahi, akan membuat kita tidak lagi merasakan sakit dan luka ketika mengingat kejadian tersebut.

3. Menghukum orang yang bersalah pada kita.

Ini adalah alasan lain juga : Untuk memberikan penghukuman bagi orang itu. Biar jera! Biar tau rasa!

Padahal sebetulnya ketika seseorang tidak melepaskan pengampunan, ia sedang menghukum dirinya sendiri.

Ia sedang menyimpan dan menumpukkan berbagai emosi negatif di dalam batinnya. Entah itu rasa marah, dendam, kecewa, atau kepedihan.

siapa yang sebenarnya terhukum ?

Seorang peneliti bernama Fred Luskin mengatakan bahwa ketika saat seseorang memendam amarah dan kebencian, tubuhnya akan memproduksi hormon kortisol dan hormon adrenalin, yaitu hormon yang membuat cemas dan stress.

Bahkan studi lebih lanjut mengatakan bahwa kemarahan yang luar biasa dapat meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan resiko terkena penyakit jantung.

Jadi, kalau ujung-ujungnya justru kita sendiri yang batinnya tersiksa, stress, bahkan fisik sakit-sakitan, siapa yang sebenarnya terhukum ?

Ambil keputusan untuk mengampuni

Sadari prinsip ini : Butuh kesadaran penuh untuk dapat memberikan maaf dan pengampunan. Butuh kesadaran penuh untuk kita dapat mengubah sebuah luka menjadi motivasi. Dibutuhkan tekad dan niat untuk mau mengampuni.

Ketika kita sulit untuk memaafkan, ingatlah bahwa kitapun pernah dimaafkan dan dimengerti oleh orang lain. Kita adalah manusia yang tidak luput dari kesalahan, sebagai insan manusia sudah sewajarnya kita menjadi pribadi yang tidak sukar dalam memaafkan, karena pasti suatu saat pun akan tiba saat dimana kita yang butuh dimaafkan.

Komunikasikan dan Klarifikasi kesalahan yang terjadi dengan orang lain, jangan dipendam saja di dalam hati. Jika orang tersebut toh akhirnya tidak mengakui atau tidak mau berubah, it’s OK. Fokus saja dengan apa yang menjadi bagian kita, yaitu memaafkan, dan sisanya biarkanlah Tuhan yang bekerja.

Mintalah campur tangan Tuhan untuk mengubahkan sudut pandang kita dalam melihat setiap kejadian pahit yang terjadi dalam hidup kita, sehingga kita dapat dengan mudah memberikan maaf kepada orang yang menyakiti kita. Memberikan maaf akan menyehatkan mental, menggembirakan hati, mendatangkan ketenangan hidup bagi kita.

Mari segera ambil keputusan. Let’s move on.

Maafkan apa yang sudah terjadi, dan sambutlah hari baru yang menanti.

Let’s move on
Bagikan Artikel ini :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *