Manusia Budak Uang

Manusia Menjadi Budak Uang

Bagikan Artikel ini :

Uang adalah Sarana

Tapi pada kenyataannya, banyak manusia yang tidak menjadikan uang sebagai sarana, tapi justru diperbudak oleh uang.

Ah statemen itu terlalu lebay, apa buktinya kalau manusia diperbudak uang ?

Cara memeriksanya sebetulnya mudah. Jika seseorang terus hidup dengan kekuatiran akan hari esok, takut kekurangan, takut miskin, egois, dan serakah adalah tanda seorang manusia telah diperbudak oleh uang.

Manusia menjadi rela melakukan apapun demi mendapatkan uang, meskipun harus menggadaikan harga diri dan integritasnya sebagai seorang manusia.

Lalu harus seperti apa menyingkapinya ? Memang kita membutuhkan uang dalam transaksi jual-beli dalam hidup sehari-hari. Namun bukan berarti semua kehidupan kita bergantung pada uang.

Karena sesungguhnya seluruh keberadaan kehidupan kita ditentukan oleh Sang-pencipta.

Sistem ekonomi yang diciptakan oleh manusia akan selalu menekan kehidupan, membuat orang selalu kuatir, merasa kekurangan, atau bahkan merasa tidak pernah cukup.

Seringkali permasalahan keuangan yang dihadapi bukan karena kurangnya pendapatan , tapi karena pengelolaan yang kurang bijak. Sekecil apapun pendapatan yang kita terima, jika kita menggunakannya dengan tepat dan bijak, maka Tuhan akan membukakan berbagai pintu berkat yang tidak terduga.

Jadi, setialah dalam perkara yang kecil, maka kita akan dipercayakan hal yang besar. Inilah beberapa nilai-nilai kebenaran tentang keuangan yang perlu kita pahami :

1. Pastikan kita memahami nilai tentang uang dengan benar.

Inilah nilai dan prinsip tentang uang yang harus kita pahami dengan benar, yaitu :

  • Uang adalah alat bantu penukar dan pengukur dari potensi atau keahlian.
  • Uang adalah sarana dan bukanlah tujuan.
  • Lebih mudah untuk menghemat uang daripada mencari uang.
  • Jumlah kekayaan yang kita miliki tidak akan pernah bertambah jika sikap hati dan mentalitas kita akan uang masih keliru.
  • Janganlah mengukur berkah dari Tuhan berdasarkan jumlah uang dan kekayaan yang kita miliki.
  • Cara kita menolong orang lain tidak selalu dengan memberikan uang kepada mereka, karena ada beberapa kasus dimana memberikan uang justru hanya akan merusak mentalitas dan hidup orang lain.

2. Memiliki mentalitas yang mengutamakan Tuhan dibandingkan uang.

Uang bukanlah segalanya, ada banyak hal yang jauh lebih penting dibandingkan uang. Saat kita memiliki mentalitas yang mengutamakan Tuhan dibandingkan uang, maka percayalah bahwa Tuhan akan selalu memberikan berkah atas hidup kita, dengan cara yang ajaib.

Rajin-rajinlah dalam bersedekah, berzakat, atau persembahan dengan motivasi hati yang tulus, tanpa mengharapkan imbalan pujian atau beharap Tuhan memberikan berkah yang lebih besar lagi. Karena Tuhan tidak dapat disogok oleh apapun.

Saat kita menginvestasikan uang kita kepada hal-hal yang membangun iman kita, dan tidak hitung-hitungan dalam memberi untuk Tuhan, maka jalan rejeki akan selalu terbuka bagi kita.

3. Memastikan terbangunnya disiplin dalam penggunaan uang.

Kenalilah kebutuhan primer dan sekunder yang kita miliki, lalu buatlah Perencanaan (budgeting) atas semua kebutuhan kita.

Cukupkanlah diri kita dengan pendapatan yang ada, dan selalu sisakan untuk menabung. Jika pendapatan kita baru mampu untuk membeli bahan pangan di pasar tradisional, tidak perlu memaksakan diri membeli di supermarket yang harganya cenderung lebih mahal. Begitu juga dengan kebutuhan lainnya seperti pakaian dan kebutuhan sehari-hari, sesuaikan dengan isi dompetmu.

Cara mempergunakan uang dengan disiplin ialah dengan cara mengutamakan kebutuhan bukan keinginan, serta selalu membeli barang dengan pertimbangan fungsi dan bukan gengsi.

4. Menolong orang lain adalah baik, tetapi kenali juga kapasitas keuangan kita.

Dalam hal menolong orang lain, jangan sampai hal itu justru menjerumuskan kita ke dalam masalah keuangan, apalagi jika sampai berhutang. Kenali dan identifikasi kapasitas finansial kita.

Lalu apakah kita tidak boleh menolong orang lain saat kita ada dalam kekurangan ?

Memberi dan menolong orang lain haruslah didasari oleh dorongan hati nurani yang murni dan ketulusan. Ketika kita menolong orang lain hanya karena “kebiasaan” atau justru karena ingin menuai pujian, hal itu justru akan menjerumuskan kita.

Tapi percayalah, meskipun di atas kertas uang yang kita miliki “ngepas” , tapi saat kita mengikuti dorongan hati nurani yang murni dalam menolong orang lain, Tuhan juga tidak akan pernah meninggalkan kita dan tetap setia memberkahi kita.

5. Jangan menjadikan “potensi keuntungan” sebagai patokan kondisi keuangan kita.

Seringkali masalah finansial terjadi karena seseorang asumsi seseorang akan”potensi keuntungan” yang akan mereka dapatkan, dijadikan patokan dalam perencanaan keuangan.

Misalnya : Kalau sepatu ini laku terjual, saya akan dapat uang Rp 2 juta, jadi saya akan membeli perabot baru seharga 2 juta. Padahal sepatu itu belum tentu laku terjual, sehingga cashflow kita menjadi terganggu.

6. Perhatikan kesehatan cash flow yang kita miliki.

Pastikan cashflow kita “sehat”.

Artinya, kita selalu memiliki uang lebih untuk ditabung atau diinvestasikan.

Intinya, jangan sampai besar pasak daripada tiang, lebih besar pengeluaran daripada pendapatan.

7. Jangan lakukan investasi dari cash flow atau pinjaman.

Investasi haruslah dari “uang dingin” atau uang sisa, dan bukan dari cashflow sehari-hari kita, apalagi sampai meminjam.

Setiap investasi selalu memiliki resiko. Ketika kita berinvestasi memakai uang dingin, jika sewaktu-waktu investasi kita tidak berjalan sesuai yang kita harapkan, hal itu tidak akan meruntuhkan aspek finansial kita sehari-hari.

Semoga bermanfaat.

Bagikan Artikel ini :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *