Studi membuktikan bahwa kecerdasan Emosi seseorang (EQ) memiliki kontribusi 2x lipat terhadap kesuksesan karir dan kehidupan seseorang dibandingkan kecerdasan logika (IQ). Itulah mengapa, ketika kita mampu menumbuhkan kecerdasan emosional, hidup kita pasti akan berubah ke arah yang lebih baik.
Berikut ini adalah beberapa cara untuk menumbuhkan kecerdasan emosional (EQ):
1. Singkirkan emosi negatif
Inilah aspek kecerdasan emosional yang paling penting, yaitu kemampuan untuk mengatasi emosi diri secara efektif agar tidak membebani pikiran dan mempengaruhi cara kita mengambil keputusan.
Untuk dapat mengubah perasaan negatif kita terhadap suatu situasi tertentu, pertama-tama kita harus mengubah perspektif dan cara pandang kita akan hal itu.
Misalnya : Ketika muncul prasangka buruk terhadap tindakan orang lain, cobalah untuk berpikir ulang dan mencari mungkin saja ada maksud baik di balik tindakan mereka.
Dengan terus berfokus untuk memikirkan hal-hal yang benar dan positif, maka dengan sendirinya emosi kita akan terlatih untuk selalu memiliki emosi yang sehat dan juga positif.
2. Berlatih untuk tetap tenang dan mengatasi stress
Semua orang pasti pernah mengalami stress dalam kehidupan. Bagaimana cara kita mengatasi situasi stress ini akan sangat berpengaruh terhadap kecerdasan emosional(EQ) kita.
Apakah kita bersikap reaktif atau responsif ? Apakah kita tetap tenang atau justru panik kewalahan.
Saat berada dalam tekanan, hal paling penting untuk diingat adalah menjaga diri tetap tenang. Misalnya dengan membasuh wajah dengan air dingin atau mulai berolahraga aerobik untuk mengurangi stres.
3. Berlatih mengekspresikan emosi yang tak mudah
Ada situasi tertentu dimana kita perlu membuat batasan sehingga orang lain tahu posisi dan prinsip yang kita miliki, contohnya :
- memberanikan diri untuk tidak sependapat dengan orang lain (tanpa bersikap kasar)
- berkata “tidak” tanpa merasa bersalah
- menetapkan prioritas pribadi
- berusaha mendapatkan apa yang berhak kita dapatkan
- melindungi diri sendiri dari tekanan dan gangguan.
Meskipun kita merasa canggung dan enggan untuk mengekspresikan emosi tersebut, saat kita melatih untuk berani mengeskpresikannya, maka hal itu akan melatih diri kita memiliki kecerdasan emosi yang lebih dewasa.
4. Bersikap proaktif, bukan reaktif, saat berhadapan dengan orang yang memicu emosi kita
Semua kita pasti pernah berhadapan dengan orang-orang yang menyebalkan dan bahkan mempersulit hidup kita. Situasi itu mungkin ada di tempat kerja, tempat studi, atau bahkan di rumah sendiri.
Saat menjadi reaktif (bereaksi negatif) terhadap perlakuan orang-orang tersebut, artinya kita menyerahkan kendali emosi kita kepada orang lain, dan bukan dikendalikan oleh diri kita sendiri.
Jika kita pikirkan dengan jernih, orang-orang dengan kelakuan menyebalkan itu dapat merusak hari dan mood yang kita miliki, membuat kita kesal dan uring-uringan, yang otomatis membuat berbagai emosi negatif menumpuk dalam diri kita.
Kita tahu sendiri bahwa emosi negatif yang menumpuk akan menjadi “penyakit mental” dan bahkan mempengaruhi kesehatan fisik kita.
Kita dapat menenangkan diri kita terlebih dahulu sebelum berbicara atau berinteraksi dengan orang-orang yang sering memicu emosi negatif di dalam diri kita, terutama saat kita sedang marah. Kita juga dapat mencoba melihat situasi dari sudut pandang orang tersebut.
Namun perlu diingat, berempati bukan berarti mentoleransi perilaku yang tidak pantas. Kita tetap perlu menekankan bahwa akan selalu ada konsekuensi untuk segala hal, termasuk perilaku yang buruk.
5. Kemampuan untuk bangkit dari kesulitan
Hidup memang tidak selalu mudah dan mulus. Semua orang tahu hal itu.
Tapi bagaimana cara kita untuk memilih apa yang akan kita pikirkan, rasakan, dan sikap apa yang akan kita munculkan dalam situasi yang sulit, akan sangat menentukan apakah kita terus memiliki pengharapan atau justru putus asa, apakah kita akan terus optimis atau justru malah frustasi, apakah kita akan mengalami kemenangan atau justru kekalahan.
Beberapa pertanyaan ini dapat membantu kita saat berada dalam situasi yang sulit :
- “Apa pelajaran atau hikmah yang bisa diambil dari sini?”
- “Bagaimana saya bisa belajar dari pengalaman ini?”
- “Hal Apa yang paling penting sekarang?”
- “Jika saya berpikir dengan cara yang berbeda, apa ada jawaban yang lebih baik?”
Semakin tinggi kualitas pertanyaan yang kita ajukan, semakin baik pula jawaban yang akan kita dapatkan. Ajukan pertanyaan yang membangun berdasarkan proses belajar dan prioritas, maka kita akan mendapatkan perspektif yang segar untuk mengatasi situasi yang sedang kita hadapi.
Dengan melakukan refleksi diri dan merenungkan lebih dalam lagi tentang hal yang kita hadapi, kita akan mendapati bahwa segala kesulitan yang kita hadapi tidak akan menghancurkan hidup kita, tapi justru membangun hidup kita menjadi lebih baik lagi, lebih kuat lagi, dan lebih dewasa.
6. Kemampuan untuk mengungkapkan perasaan
Manusia adalah makhluk sosial, dan membutuhkan suport system di sekeliling hidupnya, yaitu orang-orang terdekat yang kita sayangi yang mendukung kita. Entah itu orangtua, kakak beradik, pasangan hidup,keluarga atau rekan dan sahabat.
Kemampuan untuk mengungkapkan emosi penuh kasih sayang sangatlah penting untuk mendapatkan hubungan pribadi yang erat dan berkualitas. Emosi ini dapat kita sampaikan melalui perkataan, bahasa tubuh, dan perilaku. Misalnya saja : Kontak mata yang positif, senyuman hangat, mendengarkan dengan empati, atau sekedar menawarkan makanan.
Kita juga harus dapat merespon dengan positif saat orang yang kita sayangi mengekspresikan emosi yang mendalam kepada kita. Dengan begitu kita memiliki kualitas kecerdasan emosi yang tinggi dan memiliki emosi yang stabil.