Mentalitas Pecundang atau Pemenang ?

Bagikan Artikel ini :

Tantangan akan selalu ada di dalam kehidupan setiap orang, dan setiap orang dapat memunculkan respon yang berbeda. Ada 2 jenis kategori seseorang meresponi tantangan : 

  • Mentalitas pecundang : labil, putus asa, dan patah semangat.
  • Mentalitas pemenang : semangat,  karena mereka justru melihat peluang

Mentalitas pemenang selalu dapat melihat sesuatu dari sudut pandang positif. Bahkan mereka dapat melihat suatu hal yang menurut orang sebagai suatu musibah, dari sudut pandang positif.

Misalnya orang tersebut rumahnya kemalingan : ia akan berkata untung saja cuma harta yang dicuri, bukan nyawa. Setiap peristiwa buruk yang menimpanya, ia akan selalu bisa mencari hikmahnya.

Tapi orang yang memiliki mentalitas pecundang, akan selalu mencari hal yang bisa dikeluhkan, walaupun hal itu baik. Tidak jarang ia berprasangka buruk atas kebaikan dari orang lain dan tidak pernah puas atas pencapaian yang ia alami.

Akar persepsi negatif.

Penyebab persepsi negatif seseorang tidak hanya karena faktor lingkungan dan keluarga saja, tetapi bisa saja telah terbentuk sejak ia berada di kandungan ibunya, yang mengalami kondisi hati dan emosi negatif selama kehamilan. Tanpa disadari, koneksi batin antara sang janin dengan sang ibu, membuat kondisi emosi negatif ini juga mempengaruhi hidup sang anak kelak.

Pola pikir persepsi negatif akan semakin parah jika anak tersebut dibesarkan di dalam keluarga yang sering merasa khawatir dan over-protective. Nasihat yang diberikan kepada anak seringkali bersumber dari rasa takut dan khawatir yang berlebihan, dan secara perlahan mempengaruhi alam bawah sadarnya. Apalagi jika sang anak dalam lingkungan pergaulannya sering mengalami perlakuan negatif dari teman-temannya,  maka seiring waktu ia mulai kehilangan percaya diri dan menjadi orang yang pesimis.

Ketika ia bertumbuh dewasa dan menghadapi tantangan, alam bawah sadarnya langsung memberikan “alarm pertahanan” sehingga ia merasa resah dan takut. Bahkan terkadang ia tidak dapat menjelaskan penyebab dari rasa takutnya, dan meskipun telah menerima saran dan solusi dari orang lain yang menurutnya masuk akal, ia tetap tidak dapat menghilangkan kecemasannya dan kemudian tanpa sadar mengambil keputusan yang keliru berdasarkan perasaan dan emosi yang ia rasakan, bukannya berdasarkan nalar ataupun analisa yang seharusnya ia pergunakan.

Ketakutan yang tidak beralasan itu akan selalu menahan hidupnya untuk maju dan berkembang lebih lagi. Misalnya saja seseorang yang tidak pernah ditugaskan ke luar negeri, menerima tugas ke luar daerah dan menjadi cemas karena perjalanan itu. Padahal, hal itu adalah sebuah kesempatan untuknya mengembangkan kapasitas dan mendapatkan pengalaman baru. Namun kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan lebih dominan daripada pertimbangan akal sehatnya.

Pada artikel berikutnya, Indonesiaone akan memberikan beberapa tips praktis untuk kita dapat menyingkirkan mental pecundang dari hidup kita dan memiliki mental sebagai seorang pemenang.

Semoga bermanfaat.

Bagikan Artikel ini :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *