Pangeran Diponegoro

Pangeran Diponegoro dan Bahasa Melayu

Bagikan Artikel ini :

Ave Neohistorian!

Kali ini kita akan membahas mengenai Pangeran Diponegoro yang sosoknya menghiasi banyak dinding kelas di sekolah-sekolah Indonesia. Tentu saja, karena beliau adalah salah satu sosok pahlawan nasional akibat jasanya melawan penjajah Belanda.

Namun, beliau pernah mengutarakan sebuah kalimat yang mungkin kalau kita dengar tanpa memahami konteksnya, bisa membuat kesal. Kalimat itu adalah “Bahasa Melayu Pasar adalah bahasa ayam yang tidak ada seorang pun di Jawa yang ingin mendengarnya”.

Latar belakang beliau mengutarakan hal itu dikarenakan kekesalannya akibat Pejabat Kolonial Belanda maupun tuan tanah keturunan Belanda, ketika berbicara dengan orang Jawa, mereka memilih menggunakan Bahasa Melayu Pasar (Bazaar malay). Diponegoro ingin jika orang-orang Eropa itu berinteraksi dengan orang Jawa, haruslah ikut adat Jawa. Diponegoro sendiri jika bicara dengan pejabat Belanda, memilih memakai Bahasa Kromo Inggil (Jawa Tinggi). Bahkan, ia pernah menyuruh agar tawanan Belanda mengganti baju dengan pakaian khas Jawa.

Bahasa Melayu sendiri adalah bahasa perdagangan di Nusantara, akibat dari Imperium Sriwijaya yang menguasai Sumatera, Banten, dan sebagian Kalimantan. Bahasa Melayu kemudian digunakan sebagai bahasa dakwah oleh para ulama untuk menyebarkan Islam hingga ke Sulawesi, Maluku, dan pesisir Papua. Karenanya berkembanglah varian Melayu baru seperti Melayu Manado, Melayu Maluku Utara, dan Melayu Papua.

Ketika Belanda melakukan penjelajahan ke Nusantara, mereka membuat basis pertama di Maluku dengan Ambon sebagai ibukotanya. Belanda makin mengintensifkan penggunaan bahasa Melayu dengan merekrut orang lokal yang bisa berbicara bahasa Melayu.

Karenanya, Diponegoro bisa disebut sebagai nasionalis Jawa. Baginya, adat dan kemuliaan suku Jawa adalah segala-galanya. Walaupun Bahasa Melayu memiliki nilai warisan yang mengakar di dalam Nusantara, ia ingin agar adat dan budayanya dihormati di tanahnya sendiri.

-Hans
Editor: adnan_rizki

Sumber:
Peter Carey. Kuasa Ramalan : Diponegoro & Akhir Tatanan Lama di Jawa. KPG, 2008

aveneohistorian#diponegoro

pahlawanindonesia 🇮🇩

Bagikan Artikel ini :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *