Pendidikan tinggi bukan patokan kesuksesan, benarkah?

Bagikan Artikel ini :

Banyak sekali pernyataan bahwa keberhasilan seseorang itu tidak dinilai dari seberapa tinggi gelar atau tingkat pendidikannya atau seberapa bagus nilai saat di sekolah, seberapa tinggi IPK nya saat lulus. Tetapi semua itu dilihat dari keuletan serta kemauan saat bekerja. 

Memang tidak ada yang salah dari pernyataan tersebut, karena banyak tokoh-tokoh dunia yang gagal di dalam sekolah tapi akhirnya menjadi sukses karena berhasil melatih kemampuannya sendiri. Tetapi yang jadi permasalahannya saat ini adalah, pernyataan di awal tadi banyak dijadikan landasan dan pola berpikir oleh sebagian orang yang sebenarnya malas belajar. 

Dengan alasan bahwa pendidikan itu tidak menjamin keberhasilan seseorang, akhirnya mereka tidak memedulikan pendidikan yang sedang dienyamnya dan berfokus kepada kesenangan-kesenangan pribadi saja. 

Berikut 3 ulasan dari IndonesiaOne.org mengenai apakah pendidikan tinggi bukan patokan dari kesuksesan seseorang :

1. Belajar Bertanggung Jawab & Dapat Dipercaya

Sekolah yang bener ya biar pinter dan jadi orang nantinya…”, kamu pasti sering mendengar pernyataan tersebut yang diberikan oleh para orangtua kepada anaknya. Sudah pasti setiap orangtua mengirim anaknya untuk mengenyam pendidikan, agar kelak si anak bisa menjadi seseorang yang berpendidikan, ber-skillful dan pada akhirnya bisa menjadi pribadi yang berguna bagi dirinya sendiri serta banyak orang. 

Jika kamu berkata, orang yang sukses tidak dijamin dari pendidikannya tapi dari kemauan, keuletan dan kerja keras. Yang menjadi pertanyaannya, kenapa kemauan, keuletan dan kerja keras itu tidak kamu aplikasikan saat kamu berada di bangku sekolah ?? 

Dengan sikap kemauan, keuletan dan kerja keras yang kamu berikan saat di bangku sekolah, sebenarnya hal itu sedang melatih serta menguji dirimu menjadi seorang yang bertanggung jawab. Bertanggung jawab kepada siapa ?? Kepada orangtua yang sudah berkorban untuk menyekolahkanmu dan bertanggung jawab atas dirimu sendiri sebagai seorang pelajar. 

Mengapa kamu memilih untuk menumbuhkan sikap tanggung jawab saat kamu berada di dunia pekerjaan, dan bukan ditumbuhkan sedini mungkin (seperti contoh saat ada di bangku sekolah) ??. Sikap bertanggung jawab itu tidak bisa dimiliki secara instan, tapi dibutuhkan proses dan waktu yang lama untuk menumbuhkan dan menguji hal tersebut. 

Jika kamu berkata kemauan, keuletan dan kerja keras adalah kunci kesuksesanmu. Maka tunjukanlah tanggung jawabmu sebagai pelajar terlebih dahulu, saat kamu masih berada di dunia pendidikan. Baru kemudian kamu bisa menjadi orang yang dapat dipercayai saat memasuki dunia kerja. 

2. Pendidikan Merubahkan Kondisi Suatu Bangsa 

Pendidikan adalah salah satu pilar yang menopang sebuah bangsa. Kita dapat melihat salah satu contoh nyata kekuatan dari pendidikan dari kasus negara Jepang yang “babak belur” setelah perang dunia ke II. Setelah Amerika menjatuhkan dua bom atom ke Hiroshima dan Nagasaki, Kaisar Jepang saat itu, yaitu Kaisar Hirohito mengumpulkan para jendralnya. Anehnya bukan justru menghitung kekuatan militer yang tersisa, sang kaisar justru bertanya :

Berapa jumlah guru yang tersisa ?

Kaisar Hirohito menyadari bahwa kejatuhan Jepang saat itu karena mereka kurang belajar. Ia pun mengumpulkan 45.000 guru yang masih tersisa di Jepang dan memberikan arahan kepada mereka. Sejak saat itu, Jepang menjadi salah satu negara yang sangat fokus pada pendidikan dan menjadikan pendidikan sebagai kekuatan utama dalam bangsa mereka, dan puluhan tahun kemudian mereka terbukti dapat bangkit dan menjadi salah satu negara maju yang diakui dunia.

Kita tahu bahwa negara kita dalah negara yang sangat kaya dan sangat melimpah dalam Sumber Daya Alam (SDA). Tapi jika kita mau merenungkan lebih lagi, sebetulnya kekayaan terbesar bangsa Indonesia adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat banyak jumlahnya, jika manusia Indonesia terdidik dan tercerdaskan, maka itu adalah harta paling berharga bagi bangsa ini, dan Indonesia pasti akan mampu berdiri sebagai negara berdaulat dan diakui oleh dunia.

3. “Banyak Juga Kok Tokoh-tokoh Dunia Yang Sukses Tanpa Jalur Pendidikan” 

Alasan yang satu ini juga sangat sering muncul, karena toh memang benar banyak tokoh dunia yang sukses berada di puncak tanpa pendidikan yang tinggi. Namun, hal itu tidak bisa menjadikan kita memukul rata dan menganggap bahwa pendidikan itu tidak penting.

Ada banyak alasan seseorang memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahnya, ada yang karena sakit penyakit, masalah finansial, perang dunia, atau ia telah menemukan hal lain yang lebih ia prioritaskan. Namun perlu untuk kita ingat, mereka yang putus sekolah dan tetap sukses, pasti “membayar” sesuatu untuk mengejar ketertinggalan mereka dalam bidang akademik. Di luar sekolah, mereka tidak berhenti untuk belajar dan mengasah skill dan kemampuan mereka secara tekun. Dengan kata lain, mereka tetap mengejar pendidikan itu namun dengan cara dan jalur yang berbeda.

Ingatlah prinsip ini : Tidak akan ada siapapun yang rela mengeluarkan uang atau membayar sesuatu yang tidak memiliki nilai. Orang yang tidak mau belajar tidak akan memiliki hal yang bernilai yang memiliki nilai jual dalam hidupnya.

Penting juga untuk kita ingat, bahwa berapa banyak orang yang “drop out” dari sekolah dan hidupnya berujung dengan pergumulan dan kesusahan. Tentu jumlahnya sangat banyak, tapi tidak tersingkap karena hal itu bukan sebuah kisah menarik untuk dibahas.

Kembali lagi ke pertanyaan apakah penting untuk mengenyam pendidikan? Kita dapat kembali bertanya kepada diri kita, apakah motivasi dan tujuan kita yang sebenarnya. Jika hal itu ternyata hanya bersumber dari kemalasan kita untuk belajar dan hanya mengejar kesenangan pribadi saja, maka kesuksesan hanyalah sebuah mimpi kosong yang tidak akan pernah bisa kita gapai.

Tapi jika hal itu didasari karena kita terhalang oleh kondisi finansial, kondisi fisik, atau situasi lain yang mengharuskan kita tidak melanjutkan pendidikan, maka teruslah memotivasi diri kita untuk melatih kemampuan dan pengetahuan secara otodidak, guna mengejar ketertinggalan di dalam akademis. Karena jika kita memiliki tekad yang kuat untuk merubah nasib diri kita, pasti ada anugerah dan kekuatan dari Tuhan. 

Bagikan Artikel ini :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *