Perencanaan Yang Baik

Bagikan Artikel ini :

Orang yang gagal membuat perencanaan adalah orang yang sedang merencanakan kegagalannya sendiri.

Perencanaan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan, itu sebabnya kita tidak bisa sembarangan dan sembrono dalam membuat perencanaan.

Perencanaan yang baik harus mencakup beberapa aspek penting, salah satunya harus detail dan sistematis. Semakin detail, jelas dan spesifik perencanaan yang kita buat, langkah-langkah apa yang harus kita tempuh mulai dari step pertama hingga step terakhir, dan juga perencanaan dengan jangka waktu yang terukur.

Perencanaan yang kita buat haruslah terukur dengan waktu yang terprediksi. Minimal kita membuat perencanaan dalam jangka waktu 3 hingga 6 bulan ke depan.

Perencanaan juga harus fleksibel dan realistis. Kita dapat mengukur seberapa besar kemungkinan rencana tersebut untuk berhasil dan apakah kita memiliki plan B jika perencanaan kita tidak berjalan sesuai harapan.

Sebetulnya perencanaan sudah menjadi kemampuan dasar otak manusia, namun seringkali tidak diasah saja.

Contoh perencanaan dalam hidup sehari-hari misalnya : Ibu rumah tangga membuat rencana memasak 1 minggu ke depan, atau uang gaji yang sudah dibuat perencanaan penggunaannya dalam 1 bulan, dll. Semuanya itu berjalan dengan natural dan merupakan potensi dasar kemampuan manusia.

Gagal merencanakan kehidupan = masalah baru.

Seorang pelajar yang tidak merencanakan kehidupannya, jurusan kuliah apa yang hendak ia ambil, apa bidang pekerjaan di masa depan yang ia minati, akan mendapati hidupnya mengalir  begitu saja. Ia tidak tahu skill apa yang harus ia asah, ke komunitas mana ia harus bergabung, sehingga potensi yang terpendam dalam dirinya akan terus terkubur sia-sia begitu saja.

Begitu juga dengan kehidupan keluarga. Pasangan muda yang baru menikah biasanya tidak merencanakan kapan mereka akan memiliki anak. Meskipun anak adalah anugerah dari Tuhan, orangtua berkewajiban untuk mempersiapkan yang terbaik bagi si anak. Ketika pasangan suami istri tidak merencanakan dengan matang hal itu, ketika mereka dianugrahi anak, justru mereka belum siap secara mental dan finansial dan mendatangkan masalah-masalah baru yang tidak perlu. 

Bagikan Artikel ini :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *