Rampogan macan

Rampogan Macan, Tradisi Gladiator di Era Penjajahan

Bagikan Artikel ini :

Ave Neohistorian!

Di awal bulan Desember tahun 1813, terlihat banyak tamu yang datang ke Yogyakarta. Mereka adalah orang-orang dari pemerintah kolonial Inggris di Indonesia. Hari itu adalah hari yang sangat melelahkan bagi rombongan Raffles di Jawa. Mereka baru saja datang dari Surakarta untuk melakukan kunjungan. Setibanya di Yogyakarta seluruh rombongan disuguhkan dengan acara Rampogan Macan, yakni sebuah pertarungan antara kerbau dan harimau.

Rampogan Macan biasa disajikan oleh pemerintah lokal kepada tamu dari luar daerah. Kebiasaannya bahkan sudah ada semenjak VOC mendarat di Jawa. Tapi orang-orang Belanda saat itu belum tahu bahwa ada arti tersendiri dari pertarungan ini. Pertarungan ini hampir selalu dimenangkan oleh kerbau, bukan harimau. Seandainya harimau kabur, ia akan diserbu dan ditusuki dengan tombak oleh prajurit. Kerbau ini menyimbolkan orang-orang Jawa yang tenang tapi tidak terkalahkan. Sementara harimau itu menyimbolkan bangsa Eropa yang berdarah panas dan suka mengamuk. Tentunya ini berarti bahwa apapun yang terjadi, orang Jawa lah yang akan menang pada akhirnya.

Rampogan macan
Rampogan macan

Nah mari kita kembali lagi. Pertandingan kali ini berjalan dengan sengit. Harimau tersebut melompat dengan ganas sambil mencakar mangsanya, sementara kerbau itu terus bertahan sambil sesekali menyerang. Setelah sejam bertarung sang kerbau jatuh, darah mengucur dari sekujur tubuhnya. Keluarga kerajaan Yogyakarta hanya bisa terdiam. Mereka mengambil seekor kerbau lagi untuk bertarung melawan harimau yang kelelahan. Tentunya dalam sekejap pertandingan tersebut berakhir dengan kemenangan sang kerbau. Tapi orang-orang Jawa tidak bersorak.

Di tahun sebelumnya, pasukan Inggris dibantu oleh Tan Jing Sing menaklukan Keraton Yogyakarta dan merampas harta bendanya. Hamengkubuwono II yang patriotik, digantikan dengan anaknya, Hamengkubuwono III. Kejadian yang disebut Geger Sipehi ini masih teringat oleh orang-orang Yogyakarta saat pertandingan ini berlangsung. Mereka hanya bisa membayangkan apa yang selanjutnya terjadi. Sementara Raffles mungkin tersenyum lebar.

-I Putu Ardika Christian Reza
Editor : Langit Gemintang

Daftar Pustaka:
Hannigan, Tim. Raffles and the British Invasion of Java. Monsoonbooks, 2012

Bagikan Artikel ini :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *