Ave Neohistorian
Wayang kulit Jawa diyakini sebagai awal dari berbagai jenis wayang yang berkembang saat ini. Orang Jawa memilih membuat wayang dari lembaran kulit kerbau yang sudah dikeringkan, agar wayang lebih ringan, fleksibel dan tak menghabiskan tenaga dalang.
Kata Wayang sendiri berasal dari berasal dari bahasa Jawa yang berarti bayangan, karena wayang memang sejenis pertunjukan teater bayangan dimana penonton menyaksikan pertunjukan ini dengan hanya melihat bayangan yang digerakkan oleh dalang yang juga narator. Seni Wayang sendiri berasal dari Teater Bayangan khas Suku Tamil di India Selatan yang sudah eksis sejak abad ke 3 SM. Di wilayah Andhra Pradesh, wayang disebut Tholu bommalata, di wilayah Kerala disebut Tholpavakoothu, dan di wilayah Maharastra disebut Charma Bahuli Natya. Epos yang paling sering dipertunjukan tentu saja Ramayana dan Mahabharata.
Adapun istilah Dalang merupakan singkatan dari kata-kata ngudhal piwulang. Ngudhal berarti menyebarluaskan atau membuka dan piwulang berarti pendidikan atau ilmu. Hal tersebut menegaskan bahwa posisi dalang adalah sebagai orang yang mempunyai ilmu yang lebih serta membagikannya kepada para penonton yang menyaksikan pertunjukan wayang tersebut.
Berdasarkan prasasti Balitung, pertunjukan wayang sudah pernah dimainkan di pulau Jawa pada tahun 930.Salah satu raja yang mengembangkan kesenian wayang adalah Prabu Jayabaya dari Kerajaan Kediri, yang ingin membuat gambaran arwah leluhurnya. Wayang kemudian dimanfaatkan juga sebagai media dakwah Islam oleh Sunan Kalijaga.
Seni wayang sendiri telah diakui sebagai karya kebudayaan yang amat berharga oleh UNESCO pada 7 November 2003. Bagi UNESCO, dari seluruh jenis wayang yang ada, wayang kulit menjadi salah satu wayang yang paling dikenal di Indonesia.
-Nanda
Editor : Adnan Rizki
Ilustrator Gambar : Is Yuniarto
Sumber :
Ness, Edward C. Van; Prawirohardjo, Shita (1980). Javanese Wayang Kulit: An Introduction.