Ave Neohistorian!
Tari Kecak biasa disebut juga tari Cak atau tari Api. Tarian ini merupakan pertunjukan hiburan massal yang menggambarkan seni peran dan tidak diiringi oleh alat musik, tetapi hanya diiringi oleh paduan suara sekelompok penari laki-laki berjumlah sekitar 70 orang yang berbaris melingkar berpakaian kain kotak-kotak berbentuk papan catur. Tarian ini sangat sakral, terlihat dari penarinya yang terbakar api, tetapi tidak terbakar. Wayan Limbak merupakan pencipta tari Kecak. Pada 1930, Limbak sudah memopulerkan tarian ini ke mancanegara dibantu seorang pelukis keturunan Jerman bernama Walter Spies.
Para penari laki-laki akan meneriakkan kata “cak”. Dari situlah nama Kecak tercipta. Selain teriakan tersebut, alunan musik tari Kecak juga berasal dari suara kerincing yang diikat pada kaki penari pemeran tokoh-tokoh Ramayana.
Tari Kecak juga sering disebut tari Sanghyang yang dipertunjukkan sewaktu-waktu untuk upacara keagamaan. Penari biasanya kemasukan roh dan berkomunikasi dengan para dewa (hyang) atau leluhur yang disucikan. Penari tersebut dijadikan media untuk menyatakan sabda-Nya. Saat kerasukan (trance), mereka juga akan melakukan tindakan di luar dugaan, seperti melakukan gerakan berbahaya atau mengeluarkan suara yang tak pernah dikeluarkan sebelumnya.
-Nanda
Editor: Fidel Christo Emanuel
Sumber:
Cultural Tourism’ in Bali: Cultural Performances as Tourist Attraction, p.59. Author(s): Michel Picard.
sumber gambar : GoodnewsfromIndonesia