Tragedi Simpang KKA

Bagikan Artikel ini :

Ave Neohistorian !

Tragedi ini terjadi ketika Pak Wiranto menjabat sebagai Menteri Pertahanan sekaligus Kepala Angkatan Bersenjata yang berhasil menambah panjang daftar kelam beliau selain kasus-kasus di Timor Leste.


Pada 30 April 1999, terjadi ketegangan di sekitar desa Cot Morong, Aceh utara, sebab seorang tentara dari kesatuan Den Rudal 001/Pulo Rungkom dilaporkan hilang. Beberapa hari sebelumnya, anggota tersebut diklaim menyusup ke acara peringatan 1 Muharam yang diadakan warga desa Cot Murong. Tentara kemudian memasuki desa Cot Morong beberapa kali sejak saat itu untuk menggeledah rumah penduduk.

Pasukan militer Detasemen Rudal yang khawatir akan nasib prajurit mereka menanggapi hilangnya anggota tersebut dengan melancarkan operasi pencarian masif yang melibatkan berbagai satuan, termasuk di antaranya kesatuan Brigadir Mobil (Brimob).

Saat melakukan penyisiran di desa, aparat melakukan penangkapan terhadap 20 orang dan melakukan aksi kekerasan. Para korban yang ditangkap mengaku dipukul, ditendang, dan diancam oleh aparat. Warga desa kemudian mengirim utusan ke komandan TNI setempat untuk bernegosiasi agar aksi tersebut tidak terulang dan meminta TNI untuk tidak kembali melakukan sweeping di desa.

Pada tanggal 3 Mei 1999, satu truk tentara memasuki desa Cot Murong dan desa Lancang Barat, tetapi diusir oleh masyarakat setempat. Warga desa lalu melakukan unjuk rasa dan bergerak menuju markas Komando Resor Militer (Korem) 011 untuk menuntut janji yang diberikan oleh Komandan sehari sebelumnya.

Pada siang hari, pengunjuk rasa berhenti di persimpangan Kertas Kraft Aceh, Krueng Geukueh, yang lokasinya dekat dengan markas Korem. Mereka mengirim lima orang sebagai perwakilan untuk berdialog dengan komandan, tetapi ketika proses dialog sedang berlangsung jumlah tentara yang mengepung warga semakin banyak. Warga pun melempar batu ke markas Korem 011 dan membakar dua unit sepeda motor. Setelah itu, dua truk tentara dari Arhanud yang dijaga oleh Detasemen Rudal 001/Lilawangsa dan Yonif 113/Jaya Sakti datang dari belakang. Tiba-tiba tanpa peringatan, seorang oknum serdadu melepaskan tembakan ke arah kerumunan. Ribuan orang mulai melarikan diri dalam kepanikan.

Akibatnya 46 orang tewas, 156 lainnya cedera dan 10 orang dinyatakan hilang. Sebuah monumen kemudian didirikan di Simpang KKA, desa Cot Murong, Lhokseumawe untuk mengingat kejadian tersebut.
Mengenai hal tersebut, Wiranto sempat mengatakan di sebuah stasiun televisi swasta bahwa, “Tidak logis jika aparat negara menindas rakyat Aceh, karena mereka dikirim ke sana untuk melindungi rakyat.”

Pihak militer yang terlibat dalam penembakan ini mengklaim bahwa mereka menggunakan peluru karet sebagai bentuk pertahanan diri karena warga melempari markas Koramil dengan batu. Meski begitu, sejumlah dokter di rumah sakit mengaku menemukan peluru timah di 38 jenazah dan 115 korban luka. Walaupun banyak bukti empiris yang ada, Wiranto mengumumkan bahwa tentara PPRM atau Penanggulangan Penindakan Rusuh Massa akan dikerahkan ke Aceh untuk menangkap para “provokator” misterius yang bertanggung jawab atas pembantaian Dewantara. Pada tahun 2000, telah dilakukan penyelidikan dan pengkajian oleh Komisi Independen Pengusutan Tindak Kekerasan di Aceh yang dibentuk oleh Presiden Habibie melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 88/1999.

Dalam laporannya, Komisi Independen ini menyebutkan bahwa sebanyak 39 warga sipil tewas (termasuk seorang anak berusia 7 tahun), 156 sipil mengalami luka tembak, dan sekitar 10 warga sipil dinyatakan hilang.
Hingga sekarang warga masih memperingati kejadian tersebut dengan melakukan doa bersama. Semoga kejadian seperti ini tidak terulang lagi di Indonesia.

Satu lagi, informasi dan artikel yang menceritakan tentang kejadian ini sangat sedikit. Mungkin para pembaca yang berasal dari daerah sana dapat menambahkan informasi tambahan bisa disampaikan di kolom komentar.
Salam damai,

-Erwin Hide
Editor: Veronica Septiana Setiawati (Anna Lim)

Sumber :
-Sulaiman Tripa & Murizal Hamzah. Aceh Bangkit. Bandar Publishing, 2019

Bagikan Artikel ini :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *