Ini dia 3 Alasan kurang tepat untuk menikah

Bagikan Artikel ini :

Semua temen seangkatanku foto profilnya foto bayi, foto sama pasangan.. aku kapannnn!!??

Setiap orang pasti memiliki alasannya sendiri-sendiri ketika memutuskan untuk menikah. Ada yang karena tuntutan orangtua, ada yang karena merasa sudah cocok, ada yang karena pengen cepet-cepet punya anak, ada juga yang karena takut pasangannya direbut oleh orang lain.

Tapi tidak jarang juga, orang menyesali keputusannya menikah, karena ternyata mereka menikah karena alasan yang salah, dan berujung kepada pernikahan yang tidak sehat atau tidak harmonis.

Nah, sebelum kita menyesali keputusan kita, ada baiknya kita kembali mengevaluasi apakah yang menjadi alasan kita memutuskan untuk menikah.

Berikut Ini adalah 3 alasan yang kurang tepat untuk menikah :

1. Menikah karena cemas.

Liat strory IG semua teman seangkatan, isinya bayi yang lucu-lucu, atau foto ijab kabul, yang bikin kita jadi cemas, ketakutan kalau kita tidak segera menikah, maka akan ketinggalan dari orang-orang dan tidak akan berhasil dalam hidup. Terlebih lagi mungkin saja ada tuntutan dari orangtua dan keluarga besar untuk buru-buru menikah, jadi deh tambah cemas..

Kita berpikir, dengan segera menikah maka ketakutan itu akan sirna. Padahal sebetulnya tidaklah demikian, karena ketakutan tersebut bersumber dari internal diri kita.

dikejar “deadline” nihhhhhh….

Alasan menikah karena kecemasan apalagi pernikahan yang diburu-buru hanya akan membuat pernikahan berlandaskan alasan yang sangat rapuh, dan pernikahan menjadi sangat rentan ketika berhadapan dengan badai rumah tangga di masa depan. Apalagi jika hanya karena “desakan waktu” kita menjadi terburu-buru memilih pasangan tanpa terlebih dahulu berusaha mengenal pribadinya lebih dalam.

2. Menikah agar hidup lebih mudah dan enak.

Ada beberapa orang yang menikah agar ada orang lain yang bisa membelikan rumah atau membantu mencicil KPR. Ada juga orang yang menikah supaya ada yang “mengurus” setiap hari, memasakkan makanan atau hanya sebagai objek pelampiasan nafsu seksual.

Alasan-alasan tersebut biasanya disebut dengan alasan pragmatis, atau alasan yang didasari oleh manfaat dan keuntungan bagi diri sendiri. Orang-orang yang menikah dengan alasan pragmatis memutuskan menikah karena hal itu menguntungkan untuk dirinya.

Tapi bagaimana jika ternyata pernikahan itu tidak semulus yang ia bayangkan ?

Ketika ia merasa bahwa pasangannya tidak lagi menguntungkan dirinya, maka dengan mudah ia melupakan komitmen pernikahan yang telah ia buat di hadapan Tuhan dan di hadapan kedua belah pihak keluarga.

Baca juga : Persiapan penting untuk menikah di tengah pandemi

3. Menikah karena kesepian.

Beberapa orang lainnya memutuskan menikah karena mereka merasa “ada yang kurang” dalam dirinya. Ia merasa kesepian dan membutuhkan seseorang untuk melengkapi dirinya. Ada juga yang merasa bahwa dirinya berharga jika ia menyandang status sebagai suami atau istri dari seseorang.

ada kekosongan di hatinya…

Sayangnya, alasan kesepian ini juga kurang tepat menjadi landasan sebuah pernikahan, karena sebetulnya rasa kesepian itu bersumber dari jati diri yang tidak utuh, dan tidak bisa diisi hanya karena kita sudah menikah.

Setiap manusia di dalam hatinya memiliki satu ruang kosong yang hanya bisa diisi oleh Tuhan Sang Pencipta, yang akan memberikan rasa layak, kebahagiaan dan sukacita yang melampaui segala akal dan memenuhi batinnya.

Jadilah pribadi yang utuh di hadapan Tuhan.

Ketika seseorang menjadi pribadi yang utuh di hadapan Tuhan, maka ia akan tahu tujuan di dalam hidupnya serta memiliki visi akan masa depan yang jelas, sehingga secara otomatis ia juga akan mencari pasangan yang juga “utuh” dan memiliki visi yang sama dengan dirinya.

Visi dan tujuan hidup yang sama akan menjadi landasan dan alasan yang sangat kuat dalam pernikahan. Ketika kedua pasangan sama-sama berfokus kepada Tuhan sang Pencipta, mereka akan dipertemukan saat sama-sama berfokus membangun hidupnya menjadi matang dan dewasa baik secara kerohanian maupun mentalitas.

Tuhan yang akan menjadi faktor utama yang menyatukan mereka, sekaligus menjembatani berbagai perbedaan yang mereka miliki, sehingga kehidupan pernikahan yang harmonis bagaikan di surga akan selalu mereka nikmati dalam kehidupan pernikahan mereka.

Baca juga : Rahasia keluarga yang utuh dan langgeng

Bagikan Artikel ini :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *