Persiapan Pernikahan

Inilah persiapan penting sebelum menikah di tengah pandemi

Bagikan Artikel ini :

Pandemi telah membuat banyak sekali pasangan menunda tanggal pernikahannya, ada sebagian yang mengeluh karena terpaksa nunda nikah, tapi ada juga beberapa yang bersyukur karena punya lebih banyak waktu lagi untuk mempersiapkan pernikahan sebaik mungkin.

Pernikahan adalah sesuatu yang sakral, sekali seumur hidup. Karena itulah dalam seseorang memutuskan untuk menikah tidak boleh diburu-buru dan membutuhkan persiapan yang matang. Persiapan matang yang dimaksud disini bukan hanya mempersiapkan dekorasi, undangan, katering dan urusan lainnya berkaitan dengan hari pernikahan ya..

karena ingat prinsip ini : A Wedding is for a Day; A Marriage is for a Lifetime

Terlebih penting dari mempersiapkan “hari pernikahan” yang mungkin hanya 1 hari (atau beberapa hari), tapi terlebih penting mempersiapkan kehidupan pernikahan yang akan kita jalani seumur hidup : ini dia beberapa persiapan penting yang perlu kita lakukan :

1. Kesiapan Mental

Inilah prioritas utama yang harus kita siapkan sebelum menikah, karena ketika kita memutuskan untuk menikah, artinya kita akan memasuki fase kehidupan yang berbeda dan menjalani peran sebagai suami atau istri dan bahkan menjadi ayah atau ibu kelak. Kita juga akan memikul tanggung jawab yang baru dalam mencari nafkah, berbaur dengan mertua dan keluarga pasangan, persalinan, dan tanggung jawab lainnya.

Itulah mengapa, masa-masa single atau pacaran adalah masa terbaik bagi seseorang untuk membangun mental dan karakter yang matang sebagai seorang pribadi yang utuh.

Maka dari itu dalam masa-masa persiapan ini, bangunlah kematangan atau kedewasaan karakter dalam dirimu dan pasangan. Sehingga apabila ada tantangan yang besar dalam masa persiapan pernikahanmu, hal itu tidak akan membuat hubunganmu dengan pasangan menjadi rusak ataupun saling menyakiti. 

Jika kita mendapati bahwa diri kita adalah pribadi yang masih sering menuntut pasangan, sering menyalahkan dan terkadang egois dalam pengambilan keputusan, lebih baik kita berpikir ulang tentang kesiapan kita memasuki rumah tangga.

Baca juga : 3 Alasan yang kurang tepat untuk menikah

2. Kesiapan Finansial

Saat kamu dan pasangan memutuskan untuk menikah, maka sejak awal kalian harus mulai membuat perencanaan anggaran keuangan.

Mengapa harus sedini mungkin mengatur keuangan yang ada ?? Karena banyak pasangan muda yang bahkan dari sejak hari pernikahan, mereka sudah mulai menanggung hutang. Dan itu menandakan bahwa adanya ketidak-sehatan dalam penggunaan keuangan dalam keluarga mereka. 

Memang saat kamu akan memulai sebuah keluarga baru, impian yang kamu miliki dengan pasangan adalah bahwa sejak hari pertama pernikahan, semua yang dibutuhkan termasuk rumah dan berbagai perabotnya sudah tersedia dengan lengkap. Tetapi masalahnya, kadang kala pendapatan yang dimiliki tidaklah sebanding dengan pengeluaran yang ada. 

Di titik inilah seringkali banyak pasangan muda yang segera terjebak dalam berbagai kemudahan yang disediakan oleh bank, hanya karena mereka terpaku dengan idealism mereka sendiri. Mereka meminjam dan mengembalikan pinjaman mereka dengan cara cicilan. Meski tampaknya hal itu memudahkan untuk dapat memiliki apapun yang kamu mau, namun sebenarnya hal tersebut justru mempersempit ruang gerakmu sendiri di kemudian hari. Kamu pun harus bekerja keras dan mati-matian demi dapat menutup hutang-hutang yang ada. 

Pastikan kamu dan pasangan mendahulukan berbagai perlengkapan yang memang ‘dibutuhkan’, jangan sampai mengeluarkan banyak uang hanya untuk sesuatu yang ternyata bukan kebutuhan tetapi ‘keinginan’ belaka. 

Dari berbagai kebutuhan yang ada, kamu harus bisa membuat prioritas kepentingan. Dengan apa yang sekarang kamu miliki, kamu dapat mulai membeli kebutuhan rumah tanggamu satu per satu tanpa harus terjerat ke dalam hutang yang besar. Karenanya, dari sejak awal mulailah membuat perencanaan keuangan secara realistis dan matang. 

Karena itu juga, pastikan sebelum menikah kamu sudah memiliki sumber pendapatan tetap, misalnya pekerjaan tetap. Setidaknya, saat berkeluarga, kita bisa mandiri secara finansial, tidak membebani atau tergantung pada orang tua atau keluarga lainnya.

3. Kesiapan Keterampilan hidup

Keterampilan sangat dibutuhkan dalam hidup. Ketika berkeluarga, keterampilan itu semakin dibutuhkan. Misalnya, keterampilan dasar seperti merapikan dan membersihkan rumah, memasak, mengasuh dan mendidik anak, menjalankan peran suami/istri.

Sebelum memasuki pernikahan, kalian sebaiknya telah belajar terlebih dahulu informasi dan pengetahuan seputar kehidupan berkeluarga, pengasuhan anak, pola hidup sehat, dan lain sebagainya agar kalian tidak memasuki kehidupan rumah tangga tanpa bekal apa-apa.

4. Kesiapan Visi dan Tujuan

Masa-masa pra-pernikahan, kedua pasangan harus banyak menghabiskan waktu untuk membicarakan prinsip dan nilai hidup yang mereka miliki dalam aspek kehidupan. Hal ini menjadi sangat penting, karena masing-masing pasangan dibesarkan dengan nilai-nilai hidup berkeluarga yang berbeda.

Apabila sejak awal kamu dan pasanganmu tidak belajar untuk mengkomunikasikan nilai hidup, visi serta tujuan hidup yang kalian miliki, maka perbedaan nilai yang ada dapat menjadi “bom waktu” yang dapat meledak dan berpotensi menjadi konflik di kemudian hari. Kalian akan menemui banyak bentrokan nilai kehidupan yang berpotensi merusak keharmonisan rumah tangga.

Sebaliknya, kesamaan nilai hidup serta visi masa depan akan membuat pernikahanmu dilandasi oleh fondasi yang sangat kuat.

Pada masa penyesuaian nilai-nilai kehidupan, konseling pranikah atau bimbingan pranikah yang dilakukan oleh pemimpin kerohanian adalah cara untuk menyatukan prinsip nilai antara kamu dengan pasangan. Di dalam sesi-sesi konseling yang ada, kamu dan pasangan akan mendengar dan menerima prinsip-prinsip kebenaran tentang berkeluarga yang benar. Dan mulai menjadikan prinsip kebenaran itu sebagai patokan yang baru dalam kehidupanmu dan pasangan nantinya. 

5. Kesiapan Spiritual

Ini adalah aspek yang terpenting yang harus dipersiapkan sebelum memasuki kehidupan pernikahan, Mengapa terpenting ?

Karena tidak dapat dipungkiri, bahwa masing-masing calon suami maupun istri dididik dan dibesarkan di lingkungan yang berbeda, dengan kebiasaan dan kultur keluarga yang juga berbeda.

Perbedaan di antara suami dan istri adalah hal yang tidak dapat dihindarkan di dalam rumah tangga. Namun, ketika kedua pasangan sama-sama berfokus kepada Tuhan, maka faktor itulah yang menyatukan hubungan mereka.

Segitiga kasih, dimana Tuhan yang menjadi faktor penyatu.

Perbedaan yang ada tidak akan menjadi konflik besar yang merusak rumah tangga, karena kedua pasangan sama-sama memiliki hati yang tertuju kepada Tuhan dan kebenaran-Nya. Mereka tidak lagi meributkan siapa yang pendapatnya benar atau salah, tapi apa yang menjadi kebenaran Tuhan itulah yang menjadi keputusan mereka, dan terbangun sebagai nilai dan kultur dalam keluarga mereka.

Bagikan Artikel ini :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *